Sunday, November 8, 2009

Biografi | Drakhma, Nilai Sebuah Musik

oleh Denny Sakrie / KPMI
Drakhma menampilkan nilai-nilai eklektik dan nuansa Brasil dengan dukungan musisi yang beragam.

Drakhma adalah nama mata uang resmi yang dipergunakan di Yunani. Oleh Dani Mamesah (drumer) nama mata uang ini lalu menjadi inspirasi untuk nama band yang dibentuknya bersama Dodo Zakaria (piano, keyboards), Gideon Tengker (gitar), Rudy Gagola (bas), Ricky Basuki (vokalis).

Menurut Dani Mamesah, ia mengambil filosofi mata uang sebagai sesuatu yang memiliki nilai. Nilai itu kemudian bermetafora sebagai sebuah kelompok musik yang senantiasa menyajikan musik-musik bernilai terjaga. Kelompok ini menyertakan konsep musik dengan dukungan instrumen tiup atau brass section. Drakhma memang didukung tiga orang seksi tiup, yaitu Wawan Tagalos (trombone, flute) yang juga dikenal sebagai personel New Rollies, lalu ada Chalik (saksofon) dan Eddy (terompet), serta empat penyanyi latar, masing-masing Uce Anwar, Eva Diana Sari, Christine Budiardjo, dan Daisy Maengkom.

Musik eklektik
Konsep musik Drakhma sebetulnya eklektik. Ada pop, ada jazz, R&B hingga sedikit blues. Ini mungkin berkaitan dengan latar belakang para pemusiknya yang cukup beragam. Dodo Zakaria, yang pernah terlibat dalam berbagai grup rock dan jazz memiliki kontribusi tersendiri. Dodo Zakaria sempat membentuk Bina Musika Band bersama Erwin Gutawa (bas), Yoyok (saksofon), dan Cendy Luntungan (drum). Dodo pun sempat bergabung bersama grup rock Ogle Eyes hingga God Bless.

Rudy Gagola yang mencabik bass pun lebih banyak berkutat dalam sederet grup rock seperti The Steel, Brotherhood, bahkan sempat menggantikan kakak kandungnya, Donny Fattah Gagola, dalam God Bless. Di awal era 1980-an, Dodo Zakaria dan Rudy Gagolla berkarier sebagai pemusik studio, terutama mengiringi sederet artis-artis musik yang dikontrak Jackson Records & Tapes: Mulai dari Iis Soegianto, Ebiet G Ade, Kiki Maria, Vina Panduwinata, sampai Dian Pramana Poetra dan sederet panjang lagi. Keduanya selain tampil sebagai player, pun bertugas sebagai penata musik serta pencipta lagu.

Dengan kemampuan musikal semacam ini, tak heran jika Gideon Tengker, Ricky Basuki, dan Dani Mamesah memilih mereka sebagai bagian dari formasi Drakhma yang terbentuk pada tahun 1980.

Menyelinapkan sesuatu

Album perdana bertajuk Hari Esok dirilis pada tahun 1981. Penampilan Drakhma memang menyelinapkan sesuatu yang baru. Mulai dari tatanan musik hingga tema-tema lagu yang mereka sorongkan. Mereka tak hanya terpukau dengan tema asmara sebagaimana galibnya perangai para pemusik yang berkubang di jalur pop. Drakhma mengumandangkan tema cinta Tanah Air seperti "Negeri Surgawi" maupun "Tuhan Memberkati Indonesia". Tapi, di sisi lain Drakhma menyitir kehidupan kaum papa, semisal pada lagu "Buruh".

Ricky Basuki, sang vokalis utama, juga mencuatkan warna vokal yang berkarakter. Ricky lebih banyak bereksperimen dengan teknik vokal falsetto tanpa harus mengorbankan artikulasi bernyanyi. Gaya falsetto semacam ini dipopulerkan oleh George Duke maupun Phillip Bailey dari kelompok Earth Wind & Fire.

Nuansa Brasil

Di album kedua bertajuk Citra Bahagia, Drakhma banyak melakukan eksplorasi dalam tata musik. Musik Drakhma terasa kian berat untuk dicerna kuping awam. Di album ini, Drakhma lebih kental mengadon komposisi bertema jazz, misalnya sebuah komposisi instrumental bertajuk "Kaki Lima" yang bernuansa Brasil. Alur brass section berbaur dengan riuhnya tabuhan perkusi yang memihak ke atmosfer tropikal. Di lagu ini Drakhma didampingi perkusionis tenar asal Australia, Ron Reeves. Juga, sentuhan biola yang sarat aksentuasi dari Luluk Purwanto menyuguhkan imbuhan musik yang terasa lebih bernas. Meski demikian, Drakhma toh masih menyuguhkan lagu-lagu yang berkonotasi pop seperti "Kemilau" dan "Citra Bahagia".
Di sini, penyanyi latar Daisy Maengkom dan Christine Budiarjo mengundurkan diri. Mereka digantikan oleh Rieta Amelia.

Di album ketiga bertajuk Tiada Kusadari, musik Drakhma terdengar mengarah ke ragam pop R&B, tetap dengan teknik vokal falsetto yang dilengkingkan Ricky Basuki. Di album yang memuat lagu-lagu seperti "Tiada Kusadari", "Mungkinkah", dan "Sekejap", formasi Drakhma mulai berubah. Deretan penyanyi latar hanya didukung Uce Anwar (kini istri drumer Jelly Tobing) dan Rieta Amelia yang kemudian menikah dengan Gideon Tengker. Barisan pemusik tiup malah diisi oleh pemusik tamu seperti Idham Noorsaid (terompet) dari The Big Kids, Albert Sumlang (saksofon) yang pernah mendukung The Mercy's, serta Nano Tirta (flute).

Album terakhir

Album ketiga ini juga merupakan album terakhir dari Drakhma. Para personelnya mulai bercerai-berai dengan kesibukan masing-masing. Dodo Zakaria aktif memperkuat God Bless dan sibuk menjadi penata musik serta pencipta lagu. Ricky Basuki dan Dani Mamesah membentuk kelompok baru dengan nama Niagara. Rita Amelia bersolo karier. Gideon Tengker membentuk trio rock TAG bersama Teddy Sujaya (drum) dan Arthur Kaunang (bas) serta trio JAG bersama Jelly Tobing (drum) dan Arthur Kaunang. Wawan Tagalos kembali mendukung The Rollies. Sejak itu Drakhma hanya tinggal nama belaka.

DISKOGRAFI
1. Hari Esok (Sky High Records, 1981)
2. Citra Bahagia (Sky Record, 1982)
3. Tiada Kusadari (Bens Record/RCA, 1985)

Download Mp3 Album Drakhma :
Drakhma Album Tiada Kusadari
Drakhma Album Haei Esok



Komentar :

ada 0 Komentar ke “Biografi | Drakhma, Nilai Sebuah Musik”

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...