Saturday, October 9, 2010

Biografi | Dibalik Tembok Kampus : Ada Chaseiro

Oleh : Denny Sakrie

Di mana artinya berjuang
tanpa sesuatu pengorbanan
di mana arti rasa satu itu

Bersatulah semua seperti dahulu
lihatlah ke muka
keinginan luhur
kan terjangkau semua

Pemuda mengapa wajahmu tersirat
dengan pena yang bertinta belang
Cerminan tindakan akan perpecahan
bersikanlah nodamu semua

Masa depan yang akan tiba
menuntut bukanya nuansa
yang s'lalu menabirimu pemuda

("Pemuda" karya Candra N.Darusman)

Tak syak lagi, lirik yang terukir di atas merupakan lagu yang sering dibawakan oleh para siswa dan mahasiswa era akhir 70-an dan jelang 80-an, baik di pentas seni sekolah maupun kampus. Kerapkali, lagu bertajuk Pemuda yang ditulis Candra Nazarudin Darusman, ini, merupakan anthem pada saat opspek maupun inaugrasi mahasiswa baru di kampus-kampus.

Sesungguhnya lagu Pemuda ini ditulis Candra Darusman pada saat kampus di akhir era 70-an tengah bergejolak dengan mencuatnya Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) yang pada galibnya melarang para mahasiswa mengaitkan diri pada relung-relung kegiatan politik. Saat itu, dicanangkan bahwa tugas mahasiswa hanya menuntut ilmu.

Chaseiro sendiri memang terbentuk dari sederet mahasiswa Universitas Indonesia (UI) yang tengah menuntut ilmu di kampus Salemba Jakarta. Dalam formasi, Chaseiro terdiri dari mahasiswa berbagai disiplin ilmu mulai dari Fakultas Ekonomi, Fakultas Ilmu Sosial Politik, hingga Fakultas Kedokteran.

Nama Chaseiro sebetulnya merupakan akronim dari para pendukungnya, seperti Candra Nazarudin Darusman (piano,keyboards,vokal), Helmi Indra Kesuma (vokal utama), Aswin Sastro Wardojo (gitar,vokal), Edwin 'Eddy' Hudioro (flute), Irwan Indra Kesuma (vokal), Rizali Indra Kesuma (bass,vokal), dan Norman 'Omen' Sono Sontani (vokal).

Konsep Bermusik
Kegiatan bermusik Chaseiro bisa dianggap sebagai kegiatan ekstra kurikuler dalam kehidupan kampus. Walaupun sebatas hobi belaka, namun mereka tampaknya tak ingin terlihat setengah-setengah. Mulailah mereka mencetuskan konsep bermusik. Pilihan akhirnya jatuh pada musik pop dengan kecenderungan mengarah pada ranah jazz. Harmoni vokal dan kualitas bermusik menjadi pilihan jati diri musikal mereka.

Dalam sisi vokal, Chaseiro banyak mengambil referensi dari beberapa grup-grup jazz

Berimbang vokal, semisal The Manhattan Transfer, Rare Silk, Four Freshmen, dan banyak lagi, termasuk harmonisasi vokal ala Earth Wind & Fire, yang saat itu tengah digandrungi anak muda. Untuk musik, Chaseiro banyak mengadopsi referensi dari Sergio Mendes hingga Eumir Deodato. Tak heran, jika dalam beberapa penggarapan aransemen musik terendus nuansa musik tropikal Brazil.

Jazz Goes To Campus
Di tahun 1978, resmilah terbentuk Chaseiro berbarengan dengan tahun pertama penyelenggaraan even Jazz Goes To Campus yang berlangsung di kampus Salemba. Candra Darusman adalah salah satu penggagasnya. Saat itu, setelah menjuarai acara Festival Vokal Group yang diselenggarakan Radio Amigos Jakarta pada 6 Mei 1978, maka mulailah Chaseiro tampil di tempat-tempat bergengsi, seperti Taman Ismail Marzuki. Dedengkot jazz, Jack Lesmana, menaruh perhatian besar terhadap talenta grup yang berasal dari kampus ini. Chaseiro pun diajak tampil dalam acara bulanan jazz yang dikoordiasi oleh Jack Lesmana di TVRI bertajuk Nada dan Improvasi.

Tak lama berselang, Amin Widjaja dari Musica Studios tertarik untuk merekam karya-karya Chaseiro yang terwujud dengan dirilisnya album perdana bertajuk Pemuda di tahun 1979. Di album ini, Candra Darusman menulis hampir semua lagu antara lain Pemuda, Dara, Hanya Membekas Kini, Hari yang Indah, Sapa Prabencana, dan Mari Wong. Ada beberapa lagu di album ini kerap mereka bawakan di panggung pertunjukan sebelum masuk ke bilik rekaman, yaitu Pemuda, Mari Wong, Sapa Prabencana, dan Dara yang sempat masuk sebagai semifinalis Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors Rasisonia 1979.

Berimbang
Pada beberapa lagu, Candra meminta bantuan penulisan lirik dari Harry Sabar, Irvan N, dan Joeliardi Soenendar. Candra Darusman selain didaulat menjadi leader, juga bertugas sebagai penata arransemen musik dan Rizali Indra Kesuma bertugas sebagai penata vokal.

Di album ini, Chaseiro didukung oleh pemusik tamu, yaitu Benny Likumahuwa dan AS Mates, serta dua pemusik pendukung Uce Haryono (drum) dan Iwang Gumiwang (perkusi).

Di tahun 1980, Chaseiro merilis album kedua bertajuk Bila dengan sederet lagu seperti Ku Lama Menanti, Seandainya Sederhana, Pengungkapan, Sendiri, Tempat Berpijak, dan Kemanusiaan. Seperti album perdananya, di album kedua Chaseiro, penulisan lagu masih didominasi Candra Darusman.

Menariknya, pola penulisan lagu-lagu Chaseiro berimbang antara tema romansa dan kritik sosial. Jadi tak heran, saat itu fokus perhatian banyak terarah ke Chaseiro yang dihimpit merebaknya lagu-lagu pop dengan lirik mengumbar tema asmara dengan pilihan kalimat yang cenderung kurang cerdas.

Memasuki album ketiga bertajuk 3 (1981), ada sedikit pergeseran dari tata musik Chaseiro dengan imbuhan berupa anasir brass section dan strings section yang memberi atmosfer musik yang lebih lebar. Di album ini menyertakan lagu bergaya karnaval Brazil yang ditulis Guruh Soekarno Putera bertajuk Rio De Janeiro. Rasanya, album ini bisa dianggap album terbaik yang pernah digarap Chaseiro.

Goyah
Sayangnya, setelah merilis album keempat bertajuk Ceria (1983), keutuhan Chaseiro mulai goyah. Candra Darusman mulai bersolo karier. Aswin pun menjalani praktik sebagai dokter yang ditempatkan di daerah. Omen dan Rizali lebih banyak berkonsentrasi dengan Orkes Moral Pancaran Sinar Petromaks dan bermain film-film komedi.

Rizali sendiri bahkan melejit kariernya justeru sebagai diplomat yang kemudian di tempatkan sebagai atase kedutaan di Amerika Serikat. Edi Hudioro menjadi pengusaha yang sukses. Omen dan Helmi berwiraswasta. Sedangkan Irwan menjadi pengurus Yayasan Karya Cipta Indonesia. Candra selain berkiprah di YKCI juga membentuk grup jazz Karimata bersama Erwin Gutawa, Denny TR, Aminoto Kosin, dan Uce Haryono. Alhasil, Chaseiro hanya tinggal nama belaka.

Di tahun 1990, mereka pernah melakukan reuni dan merilis single Pemuda yang digarap dalam aransemen baru, tapi setelah itu Chaseiro kembali menghilang. Candra Darusman bahkan mendapat tugas di Swiss pada sebuah badan PBB yang memantau Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) bernama World Intelectual Property Organization

Hingga akhirnya pada tahun 2001 terjadi reuni sesaat ketika Candra dan Rizali mengambil cuti di Indonesia. Chaseiro melakukan reuni di kafe-kafe dan sempat merilis sebuah single baru bertajuk Bagaimanakah yang musiknya ditata oleh Andi Rianto dan dikemas dalam album kompilasi Persembahan yang merangkum sederet hit Chaseiro dari kurun waktu 1978-1983.

DISKOGRAFI
Album :
1.Pemuda (Musica Studios 1979)
2.Bila (Musica Studios 1980)
3.Tiga (Musica Studios 1981)
4.Ceria (Musica Studios 1983)
5.Persembahan (Musica Studios 2001)

Single :
1.Pemuda (Atlantic Record 1990)

Tulisan ini dimuat di harian Republika 27 Agustus 2007

Download Mp3 Chaseiro :
Chaseiro Album Bila
Chaseiro Album Chaseiro 3
Chaseiro Album Pemuda




Komentar :

ada 0 Komentar ke “Biografi | Dibalik Tembok Kampus : Ada Chaseiro”

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...