oleh : Denny Sakri
Indra seolah tak henti bereksplorasi dalam bermusik. Ia banyak menemukan etos kebebasan dalam medium musik.
Seorang bocah memukau khalayak di panggung Taman Ismail Marzuki pada tahun 1976. Jari-jemarinya yang mungil menggerayangi bilah-bilah tuts piano elektrik Fender Rhodes, mengiringi suara Broery Pesolima. Sang ayah, Jack Lesmana, berada di dekatnya memetik gitar.
Dan, itu adalah pertunjukan kedua Indra Lesmana, putra kedua pasangan pemusik Jack Lesmana dan Nien Lesmana, yang sehari-harinya sering terlihat bermain sepak bola di kawasan Tebet, kediamannya dulu. Indra Lesmana mengaku pertama kali tampil di depan umum membawakan jazz pada sebuah pertunjukan jazz di Bandung pada Maret 1976, saat usianya genap 10 tahun.
Indra seolah tak henti bereksplorasi dalam bermusik. Ia banyak menemukan etos kebebasan dalam medium musik.
Seorang bocah memukau khalayak di panggung Taman Ismail Marzuki pada tahun 1976. Jari-jemarinya yang mungil menggerayangi bilah-bilah tuts piano elektrik Fender Rhodes, mengiringi suara Broery Pesolima. Sang ayah, Jack Lesmana, berada di dekatnya memetik gitar.
Dan, itu adalah pertunjukan kedua Indra Lesmana, putra kedua pasangan pemusik Jack Lesmana dan Nien Lesmana, yang sehari-harinya sering terlihat bermain sepak bola di kawasan Tebet, kediamannya dulu. Indra Lesmana mengaku pertama kali tampil di depan umum membawakan jazz pada sebuah pertunjukan jazz di Bandung pada Maret 1976, saat usianya genap 10 tahun.
Sejak kecil, indra musik Indra Lesmana yang dilahirkan 28 Maret 1966 itu memang telah terasah tajam. Beruntung, kedua orang tuanya menitiskan bakat musikal yang kuat. Siapa yang tidak kenal Jack Lesmana, seorang multi-instrumentalis yang terampil di ranah musik jazz hingga pop. Juga Nien Lesmana, seorang penyanyi pop yang merilis album-albumnya di era 60-an pada Irama Records.
Lingkungan jazz yang dibangun sang ayah memang merupakan impuls yang memicu bakat luar biasa dalam sosok Indra Lesmana. Bayangkan, bocah ini sejak kecil telah melahap album-album jazz milik begawan jazz dunia, seperti Miles Davis, John Coltrane, McCoy Tyner, dan Charlie Parker. Menginjak remaja Indra pun mulai menyukai Herbie Hancock, Pat Metheny, hingga Chick Corea. Nama-nama besar itulah yang kemudian banyak mempengaruhi warna musiknya di kemudian hari.
Mengendus bakat anaknya yang gilang-gemilang, membuat Jack Lesmana memboyong seluruh keluarganya ke Australia pada tahun 1979. Di negeri kanguru inilah Indra mengenyam jazz studies, sebuah beasiswa yang ditawarkan pemerintah Australia padanya. Ken Farham dari Kementerian Kebudayaan Australia dan Wolcott, duta besar Australia saat itu, yang mempromosikan Indra memasuki konservatori musik bergengsi di Australia.
Di Australia, Indra mengeduk pengalaman bermusik sebanyak-banyaknya dengan bermain di berbagai klub dan melakukan kolaborasi dengan jazzer setempat. Permainan pianonya yang fantastis sempat ditonton sederet jazzer dunia, seperti Chick Corea, Dizzy Gillespie, Mark Murphy, David Baker, dan Terumasa Hino. Mereka berdecak kagum melihat talenta Indra Lesmana.
Di tahun 1981 Indra pun mulai membentuk grup jazz bersama sang ayah, Indra & Jack Lesmana Quartet. Grup ini didukung Karim Suweilleh (drum) dan James Morrison (bas), asal Australia, dan merekam album Children Of Fantasy di Jakarta.
Di Australia pada 1982, Indra membentuk sebuah grup jazz bernama Nebula yang didukung oleh Steve Hunter, Andy Evans, Ken James, Vince Genova, dan Carlonhos Gonzalvez. Setahun berselang, Indra Lesmana membentuk formasi baru dengan dukungan Sandy Evans, Tony Buck, dan Steve Elpick. Grup ini diberi nama Women & Childeren First.
Puncaknya, perihal bakat Indra Lesmana pun menyebar hingga ke Amerika Serikat. Zebra Record, perusahaan rekaman di bawah naungan MCA Record, menawari Indra merilis album di Amerika. Peluang emas ini pun digamit Indra dengan semangat bereksplorasi yang memuncak. Apalagi, sederet pemusik professional jazz di Amerika didapuk untuk mengiringinya. Nama-nama sohor itu antara lain adalah Charlie Haden, Airto Moreira, Mike Landau, Vinnie Calaiuta, Jimmy Haslip, Joel Peskin, Tootie Heath, dan Bobby Shew.
Penggarapan album solo Indra Lesmana itu berlangsung di Mad Hatter Studio milik Chick Corea. Lalu muncullah dua album, Nebula dan For Earth and Heaven. Lagu "Stephanie" dan "No Standing" berhasil masuk dalam "Jazz Contemporary Charts" di majalah industri musik, Billboards, tahun 1986. Beberapa tahun sebelumnya, sosok Indra Lesmana pun sempat ditulis dalam kolom pemusik pendatang baru dalam majalah jazz berwibawa Downbeat.
Sejak itu wilayah musik yang ditelusuri Indra pun semakin meluas. Ia tak hanya bermain di ranah jazz, melainkan merambah ke musik pop, rock, hingga dangdut sekalipun. Untuk musik pop, Indra tak hanya tampil sebagai instrumentalis. Ia pun menulis lagu, membuat aransemen, tampil sebagai produser, bahkan bernyanyi. Duetnya dengan Titi DJ hingga Sophia Latjuba pun menuai sukses. Di tahun 1990 Indra bahkan sempat membentuk band rock bersama Ian Antono. Pernah pula menjadi bintang tamu dalam grup rock Cockpit dan juga membentuk grup pop rock Adegan bersama Gilang Ramadhan, Donny Suhendra, AS Mates, dan Harry Moekti. Di tahun 1997 Indra Lesmana bahkan membentuk grup dangdut kontemporer bersama Camelia Malik, Achmad Albar, Gilang Ramadhan, Donny Suhendra, dan Dewa Budjana.
Kesibukan bermusik Indra memang sangat terasa pada era paruh 80-an hingga 90-an. Sederet grup jazz pun dimasukinya mulai dari Krakatau, GIF (Gilang Indra Fariz), Vision, Andromeda, Exit, PIG (Pra Indra Gilang), dan masih banyak lagi. Belum lagi konser duetnya dengan pianis jazz legendaris, Bubi Chen, di Taman Ismail Marzuki pada 2004.
Indra seolah tak henti bereksplorasi dalam bermusik. Ia banyak menemukan etos kebebasan dalam medium musik. Kita mungkin mahfum dengan kredo bermusiknya, apalagi jika menyimak lirik yang dinyanyikannya dalam "Aku Ingin":
Aku ingin dapat bebas lepas
Aku ingin senantiasa merasa bahagia
Aku ingin dapat terbang jauh
Bila tiada yang perduli
DISKOGRAFI
Solo Album
1. Ayahku Sahabatku (Atlantoc Record, 1978)
2. Nostalgia (Jackson Records & Tapes, 1983)
3. Latin Jazz Fusion Special Editions (Queen Records, 1983)
4. No Standing (MCA/Zebra Records, 1984)
5. Tragedi (Union Artist, 1984)
6. For Earth & Heaven (MCA/Zebra, 1986)
7. Karina (Union Artist, 1986)
8. Semakin Menawan (Union Artist, 1987)
9. Aku Ingin (Union Artist, 1990)
10. Cerita Lalu (Union Artist, 1992)
11. Biarkan Aku Kembali (Union Artist, 1993)
12. Kehadiran (Union Artist, 1994)
13. Ayah (Union Artist, 1994)
14. Jalan Yang Hilang (Union Artist, 1996)
15. Romantic Piano (Hemagita, 1996)
16. Reborn (Kama/BMG Indonesia, 2000)
17. Rumah Ketujuh (BMG Indonesia, 2002)
Album Grup
1. Children of Fantasy - Indra & Jack Lesmana Quartet (Queen Records, 1981)
2. No Standing - Nebula (Jasmine Records/Jackson Records & Tapes, 1982)
3. Women & Children First - Women & Children First (Mushroom, 1983)
4. Jack & Indra Lesmana Various - Jack & Indra Lesmana Group (Granada, 1986)
5. Krakatau 1 - Krakatau (Billboard, 1986)
6. Krakatay 2 - Krakatau (Billboard, 1987)
7. Kau Datang - Krakatau (Billboard, 1988)
8. Adegan - Adegan (Bursa Musik, 1990)
9. Selangkah ke Depan - Adegan (Musica Studios, 1992)
10. Waktu Berjalan - Adegan (Musica Studios, 1994)
11. Bulan di Atas Asia - Java Jazz (Union Artist/Jamz, 1994)
12. Sabda Prana - Java Jazz (FUP/BMG Indonesia, 1998)
13. Lost Forest - PIG (Independent, 1997)
14. Selamat Tinggal - Indra Gilang (1997)
15. Kedua - Indra Gilang (1998)
16. The Birds - Kreativitat/Indra Aksan (Independent, 2001)
17. Gelatik - Kreativitat/Indra Aksan (Independent, 2003)
Tulisan ini di muat di Harian Republika, Senin, 21 Mei 2007
Komentar :
Post a Comment