Oleh : Seno Joko Suyono, Kurie Suditomo
Erros Djarot bakal mengeluarkan album terbarunya. Terdiri atas 10 lagu cinta, diaransemen dengan orkestra lengkap, dan menekankan teknik vokal seriosa. Mengingatkan orang akan masterpiece-nya, Badai Pasti Berlalu.
Vokal Berlian Hutahuruk menapak tinggi. Lagu Ketika Cinta Kehilangan Kata membutuhkan kemampuan seorang penyanyi sopran yang bisa melantunkan naik-turun nada dengan tajam. Penyanyi yang tidak memiliki jangkauan suara tinggi dan tak menguasai teknik menyanyi seriosa tentu tak akan sanggup menaklukkan Ketika Cinta Kehilangan Kata. Dari lagu itu, kita melihat ketangguhan vokal Berlian, seperti saat ia menyanyikan Badai Pasti Berlalu.
Erros Djarot bakal mengeluarkan album terbarunya. Terdiri atas 10 lagu cinta, diaransemen dengan orkestra lengkap, dan menekankan teknik vokal seriosa. Mengingatkan orang akan masterpiece-nya, Badai Pasti Berlalu.
Vokal Berlian Hutahuruk menapak tinggi. Lagu Ketika Cinta Kehilangan Kata membutuhkan kemampuan seorang penyanyi sopran yang bisa melantunkan naik-turun nada dengan tajam. Penyanyi yang tidak memiliki jangkauan suara tinggi dan tak menguasai teknik menyanyi seriosa tentu tak akan sanggup menaklukkan Ketika Cinta Kehilangan Kata. Dari lagu itu, kita melihat ketangguhan vokal Berlian, seperti saat ia menyanyikan Badai Pasti Berlalu.
Semua lagu Erros yang terkumpul dalam album baru Karena Cinta Kita Ada, yang sebentar lagi bakal dirilis, mengingatkan kita pada suasana lagu-lagu dalam Badai Pasti Berlalu. Inilah lagu-lagu Erros yang selama ini diendapkan. Suatu hari, Doddy Soekasah, teman akrab Erros, bertandang ke rumah sang kawan dan melihat Erros memainkan lagu yang belum pernah didengarnya. Ia menggosok-gosok Erros agar merilis lagu-lagu itu. Dan album itu pun lahir, terdiri atas sembilan lagu karya Erros—dua di antaranya lagu lama: Bisikku-Dewiku (1976) dan Andai Bulan (1985); plus satu lagu religi gereja yang diciptakan Erros bersama Doddy Soekasah dengan judul Renungan.
Erros menginginkan semua lagu itu diaransemen dengan iringan orkestra lengkap. Ia menggaet komponis Andi Rianto. Andi dikenal sebagai musisi yang membuat soundtrack remake film Badai Pasti Berlalu karya sutradara Teddy Soeriaatmadja. Untuk keperluan ini, Andi membawa Magenta Orchestra dengan 60 musisi. Andi juga memilihkan penyanyi muda yang cocok dengan karakter lagu-lagu Erros. Mereka adalah Lucky Octavian, Farman Purnama, dan Annisa Bv.
Khusus untuk lagu Ketika Cinta Kehilangan Kata, yang memiliki tingkat kesulitan tinggi, Erros mempercayakannya pada Berlian Hutahuruk. ”Berlian memiliki power yang kuat,” kata Erros. Bayangan Erros saat mencipta lagu ini memang ditujukan kepada jenis vokal Berlian. Erros meminta Berlian mengimajinasikan lagu ini keluar dari dalam batin seseorang yang tiba-tiba merasa cemburu tanpa ada sebab. ”Melodi lagu Erros ini tidak datar, sangat menantang. Melodinya menuntut range suara yang lebar,” tutur Berlian.
Yang menarik dalam album ini, lagu yang sama itu juga dinyanyikan Lea Simanjuntak, penyanyi asal Batak generasi sesudah Berlian. ”Kita jadinya bisa melihat bagaimana lagu itu dinyanyikan dengan dua atmosfer yang berbeda,” kata Erros.
Kemunculan kembali Erros di dunia musik mengingatkan kita bahwa karier musiknya lebih dulu dibanding karier politiknya. Pada 1970-an, sepulang dari Jerman, ia melihat pentas rock di Monumen Nasional, dan risi melihat band-band Indonesia menjadi epigon band-band Barat. ”Saya terkejut melihat anak-anak muda meniru begitu saja lagak laku penyanyi di panggung. Are you ready? Yeaaah…,” kenangnya.
Ia ingin memiliki sebuah band yang lirik lagunya menggunakan bahasa Indonesia yang puitis. Bersama Guruh Sukarno Putra, ia membeli banyak kaset Indonesia. Mereka mempelajari bagaimana karakter kalimat bahasa Indonesia berbeda dengan bahasa Inggris. Mereka menyadari bahasa Indonesia punya kelemahan untuk dibawakan menjadi syair lagu. ”Bahasa Indonesia terlalu banyak konsonannya,” kata Erros. Menurut Erros, bahasa Indonesia susah untuk diubah dalam bahasa musik karena terlalu banyak bar yang dipakai. ”Coba saja bedakan antara ’I’ dalam bahasa Inggris dan ’aku’ dalam bahasa Indonesia…. Kata ’I’ bisa dinyanyikan sampai panjang, sementara ’aku’ tidak….”
Erros dan Guruh saat itu sampai membeli kamus W.J.S. Poerwadarminta dan kamus bahasa Sanskerta. Setiap kali membuat syair, mereka membolak-balik kamus untuk mendapatkan kata yang tepat. Pada 1975, Erros membentuk Barong Band dan Guruh membentuk Guruh Gypsi. Kedua band itu menurut Erros didirikan untuk menggempur band-band epigon Barat.
Pada 1977, Erros mengeluarkan album Badai Pasti Berlalu yang fenomenal. Menurut Erros, album itu berutang budi kepada tradisi seriosa pada 1950-an yang peduli kepada keindahan kata dan sensitivitas bahasa. ”Saya pengagum Maladi,” kata Erros. Sejak kecil, ia dan Slamet Rahardjo gemar mendengarkan para soprano Indonesia yang menyanyikan seriosa. Sejak kecil, ia sering pula menonton konser musik klasik yang mengetengahkan suara Rose Pandanwangi atau Mochtar Embut.
Ia benar-benar terpukau oleh lagu-lagu Maladi. ”Coba dengarkan Nyiur Hijau. ’Nyiur hijau…, siar-siur, daunnya melambai….’ Bila tidak ada kelembutan rasa, tidak mungkin mencapai seperti itu,” katanya. Menurut dia, mendengarkan lagu-lagu seriosa yang baik membuat kita terasa menjadi kecil, membuat kita menjadi bukan siapa-siapa. ”Itu yang ingin saya munculkan di Badai Pasti Berlalu,” kata Erros. Kini, dalam dunia lagu populer Indonesia, tradisi keindahan dan kehalusan seriosa yang menekankan ”the beauty of ourselves” telah hilang. Erros mengaku bukan pemusik. Bila ilham ”keindahan seriosa” itu datang, ia merasa seperti orang sakit kepala. Ia biasanya lalu melakukan reng-rengan melodinya dengan gitar atau piano sebisa mungkin karena keterampilannya bermain piano dan gitar tak canggih betul.
”Sering saya mendendangkan calon lagu dan saya rekam di tape recorder.” Rengrengan itu
kemudian ia bawa kepada sahabat akrabnya, Mas Hariadi, untuk diselesaikan bersama-sama dengan sempurna. Hariadi adalah adik pencipta lagu A. Riyanto. Erros mengaku berutang budi kepadanya. ”Semua lagu yang ada dalam album itu saya ciptakan bersama dia. Tapi dia baru meninggal kemarin. Jadi kini saya tak punya partner lagi.”
kemudian ia bawa kepada sahabat akrabnya, Mas Hariadi, untuk diselesaikan bersama-sama dengan sempurna. Hariadi adalah adik pencipta lagu A. Riyanto. Erros mengaku berutang budi kepadanya. ”Semua lagu yang ada dalam album itu saya ciptakan bersama dia. Tapi dia baru meninggal kemarin. Jadi kini saya tak punya partner lagi.”
Dengarlah lagu Bunga Sedap Malam yang dinyanyikan Farman Purnama. Lagu itu seolah melantunkan suasana sepi yang jauh. Nglangut. ”Lagu ini untuk Bung Karno,” kata Erros. Ia bercerita, tiap malam Jumat, banyak pengagum Soekarno membawa bunga sedap malam ke rumahnya. Di sudut-sudut rumahnya tercium aroma wangi.
Erros tak mengingkari bahwa semua lagunya bertema cinta. ”Memang ini album love song,” katanya. Ia mengakui lagu-lagu terbaiknya semua karena cinta. Lagu Merpati Putih dalam album Badai Pasti Berlalu, misalnya, diciptakan dalam kondisi tiga minggu tak ke luar kamar—karena persoalan cinta—dan akhirnya ia keluar dengan intro melodi piano yang begitu menyentuh.
Dan Erros pun tertawa ketika siang itu ia mendengar lagu ciptaannya sendiri, Bisikku-Dewiku, dinyanyikan Lucky Octavian, jebolan Indonesian Idol. Inilah lagu romantis yang pertama kali ditulis, pada usia 24 tahun. ”Ini lagu yang saya peruntukkan untuk Dewi, pacar saya, yang kemudian jadi istri saya.” Ia ingat saat itu, tahun 1974, ia kuliah di Jerman, sementara Dewi kuliah di Universitas Sorbonne, Prancis. Dari Jerman ia sering ke Prancis untuk mengajak jalan-jalan pacarnya itu. ”Lagu itu saya rampungkan di dapur apartemen Dewi,” kenangnya.
Dengarlah lagu Sendiri Menembus Malam yang dinyanyikan Slamet Rahardjo. Ini lagu Erros bertema perasaan bersalah terhadap Dewi, istrinya. Setiap hari ia pulang malam, dan setiap kali pulang melihat istrinya tertidur lelap, ia menyadari betapa sang istri tak pernah mengecek, mengawasi dirinya. Sang istri memberikan dukungan kepadanya dengan caranya sendiri.
Erros kini Ketua Partai Nasionalis Banteng Kemerdekaan. Bersama Rizal Ramli ia baru saja mencalonkan diri menjadi pasangan presiden dan wakil presiden. Tapi mendengar musiknya kita melihat Erros kembali menjadi dirinya sendiri.
52/XXXVII 16 Februari 2009 "Majalah Tempo"
Numpang tanya, apakah album Erros Djarot tersebut sudah ada di pasaran? Maklum saya tinggal di dusun, tidak ada toko CD di sini. Membaca resensi tersebut, saya jadi tertarik untuk mendengarkan.
boss koleksi bandnya dikeluarin dong, bagi2x gitu
Terima kasih buat Mas Eros atas karya barunya, yang mengingatkan kita bahwa karya musik di Indonesia nggak semuanya dangkal dan menye2. Syairnya terasa jelas hasil permenungan,. Dan kualitas vocal penyanyinya, terutama Berlian Hutauruk.....och, she is the real and genuine Diva di Indonesia.....
Wahhh pasti bagus bngt Karya Mas Erros, pada kesempatan ini aku mau kasih info Buat para musisian khususnya para pemilik music orchestra di Indonesia, ada aset besar yang wajib dan harus dipertimbangkan kemampuannya dan kwalitasnya, dia pemilik suara sopran/Light Soprannya best Of the best, dia sdh balik Jakarta, dia penyanyi Sopran yang muda cantik dan berkwalitas, punya performant yg gak kalah dengan penyanyi TOP,namanya Bernadette O Irene, dia punya jam terbang international dan pernah gabung dgn Philharmonic Orchestra,
Performant always by BiYan Boutique
Kalau minat ini Contac personnya : Mrs Susie Halim 0818 11 6242