Pada tahun 1970-an di majalah Aktuil-majalah terbitan Bandung yang menjadi bacaan wajib para penggila musik-pernah ada polemik panjang lebar tentang grup asal Surabaya, AKA. Grup yang merupakan singkatan dari Apotik Kaliasin ini beranggotakan Ucok Harahap (vokal/kibor), Arthur Kaunang (bas/vokal), Sonata Tanjung (gitar/biola/vokal), dan Syeh Abidin (drum/vokal).
Polemik itu berkisar pada soal layak-tidaknya AKA mengklaim dirinya sebagai pengusung aliran underground (bawah tanah). Istilah bawah tanah waktu itu merujuk pada jenis musik ingar-bingar (heavy metal) yang dibarengi dengan berbagai atribut nonmusikal, seperti rambut gondrong, pakaian awut-awutan, serta atraksi panggung yang teatrikal dan sensasional.
Polemik itu berkisar pada soal layak-tidaknya AKA mengklaim dirinya sebagai pengusung aliran underground (bawah tanah). Istilah bawah tanah waktu itu merujuk pada jenis musik ingar-bingar (heavy metal) yang dibarengi dengan berbagai atribut nonmusikal, seperti rambut gondrong, pakaian awut-awutan, serta atraksi panggung yang teatrikal dan sensasional.
AKA waktu itu gemar membawakan lagu-lagu keras milik Grand Funk Railroad, Led Zeppelin, Deep Purple, Black Sabbath, hingga James Brown. Lagu James Brown, Sex Machine, adalah salah satu lagu kegemaran Ucok. AKA gemar menampilkan aksi-aksi Ucok yang sensasional seperti Alice Cooper, band Amerika Serikat yang sangat dikenal dengan atraksi teatrikalnya, misalnya masuk ke peti mati atau diikat di tiang gantungan.
Di sisi lain, bagi para pengkritiknya, AKA dianggap kurang layak disebut sebagai penganut musik bawah tanah. AKA mengeluarkan album pertama mereka, Do What You Like (1970), yang berisi tiga lagu bernuansa rock keras berbahasa Inggris (Do What You Like, I’ve Gotta Work It Out, dan Glennmore) dan juga lagu-lagu pop Indonesia seperti Akhir Kisah Sedih dan Di Akhir Bulan Lima yang liriknya sangat bertolak belakang dengan semangat musik bawah tanah.
Oleh karena itu, AKA dianggap lebih tepat disebut sebagai penganut "ngandergron". Betapapun, kata para pengkritiknya, aliran bawah tanah juga mensyaratkan karya-karya dengan lirik yang kuat dan tidak asal-asalan.
Namun, terlepas dari kontroversi antara underground atau "ngandergron", yang jelas kehadiran AKA di panggung musik rock domestik era 1970-an tak bisa dipandang remeh. Bahkan, AKA yang dibentuk di Surabaya, 23 Mei 1967, bisa dianggap sebagai "pelopor" rock di Tanah Air.
Popularitas mereka waktu itu hanya bisa dikalahkan oleh grup-grup legendaris seperti Koes Plus atau Panbers. Para penonton selalu berjubel di setiap pementasan AKA. Artis film Roy Marten dan Hendra Cipta konon pernah mengaku harus menjual celana jins hanya karena ingin menyaksikan pentas AKA. Seorang anak di pelosok desa di Bali sejak kecil dipanggil dengan "Ucok" hanya lantaran ia berambut kribo. Itulah kira-kira gambaran betapa sekitar tahun 1970-an Ucok bersama AKA benar-benar menyihir masyarakat.
Demam musik rock seperti seiring dengan gaya rambut kribo. Orang tak malu lagi disebut kepalanya seperti "sarang burung", seperti ditulis Putu Fajar Arcana dalam artikel Ucok AKA Memang Pernah Gila di harian ini edisi 28 Oktober 2001.
Antara tahun 1969-1971, AKA sempat bermain beberapa kali di West Point Garden, Singapura. Ucok mengakui AKA terang-terangan berkiblat kepada grup-grup dunia seperti Beatles, Led Zeppelin, Deep Purple, Black Sabbath, Grand Funk, dan Bee Gees.
Maka, dalam setiap albumnya, AKA selalu menyelipkan lagu-lagu pop manis selain rock yang garang. Setelah Do What You Like, album-album AKA berikutnya adalah Reflections (1971), Crazy Joe (1972), Sky Rider (1973), Cruel Side Of Suez War (1974), Mr. Bulldog (1975), Pucuk Kumati (1977), serta empat album di tahun 1979 (AKA In Rock, The Best Of AKA, AKA 20 Golden Hits, dan Puber Kedua).
AKA juga pernah membuat album pop Melayu dan pop kasidah. "Waktu itu kami kebanjiran pesanan," ucap Ucok. "Tetapi, lagu dalam album pertama kami menduduki anak tangga pertama lagu-lagu Barat di radio Australia. Saya ingat waktu itu Ebet Kadarusman masih menjadi penyiar di Radio," kata Ucok, seperti ditulis di Kompas edisi 28 Oktober itu.
Pada setiap akhir pentas, AKA selalu menggelar atraksi teatrikal di panggung. Itulah salah satu ciri khas AKA. Itu mungkin yang menyebabkan banyak orang mengaitkan Ucok dengan ilmu magis. "Saya memang gila waktu itu. Banyak yang bilang saya punya magic. Tak ada apa-apa, itu hanya atraksi di panggung saja," kata Ucok, yang bernama lengkap Andalas Datuk Oloan Harahap dan sejak kecil belajar piano klasik dari seorang guru Belanda.
Dalam salah satu pentas AKA di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) tahun 1972, Ucok, seperti biasanya, dirajam oleh para algojo dan kemudian dimasukkan ke dalam sebuah peti mati yang lalu dipaku. "Saat saya mau masuk peti, tiba-tiba di dalam peti seperti sudah ada orang lain. Saya masuk juga. Tubuh perempuan itu dingin sekali. Saya tendang-tendang tutup peti sampai pecah," tutur Ucok.
Ketika berhasil keluar, Ucok berlari karena dikejar "perempuan" tadi. Ia berlari tanpa takut ke atas genteng. Atraksi itu membuat penonton histeris. Bahkan, ketika Ucok jatuh setelah tersetrum listrik, para penonton masih histeris.
Pada tahun 1976, lantaran Ucok mulai banyak terlibat proyek di luar AKA (di antaranya membentuk Duo Kribo bersama Ahmad Albar), ketiga personel AKA lainnya sepakat memproklamirkan berdirinya trio SAS yang merupakan singkatan dari ketiga personelnya. Di grup barunya ini, Arthur juga memainkan kibor dan gitar akustik, selain tetap jadi pembetot bas dan vokalis.
Oleh salah seorang penulis musik luar negeri, SAS pernah mendapat julukan sebagai number one rock group in Indonesia. Berbeda dengan AKA, SAS lebih banyak berkiblat pada jenis musik rock progresif ala ELP (Emerson, Lake & Palmer) dan Rush, trio rock asal Kanada.
Pengaruh band-band rock Inggris, khususnya Led Zeppelin dan Deep Purple, masih cukup kuat. Perbedaan lainnya, SAS tidak lagi menampilkan aksi-aksi teatrikal yang sensasional yang menjadi salah satu "cap dagang" utama AKA.
Namun, dibandingkan dengan AKA, eksplorasi musik rock yang dihasilkan SAS jauh lebih berwibawa. Jika dalam AKA mereka seakan-akan hanya tampil sebagai pengiring Ucok, SAS (Sonata, Arthur, dan Syeh) tampil lebih lepas dan eksploratif.
Bahkan, Arthur yang kidal ini mampu menunjukkan dirinya sebagai salah satu penulis lagu dan musik rock yang tangguh di Nusantara. Begitu juga permainan gitar Sonata yang dapat disejajarkan dengan gitaris-gitaris rock terdepan era itu seperti Ian Antono (God Bless).
SAS juga termasuk di deretan grup rock lokal yang amat produktif. Sampai tahun 1993, SAS menghasilkan lebih dari sepuluh album. Di antaranya adalah Baby Rock (1976), Bad Shock (1976), SAS Vol. III (1977), Lapar (1977), Sentuhan Cinta (1978), Exception (1978), Kasmaran (1979), SAS 1980, SAS 1981, Sansekerta (1984), Episode Jingga (1986), Sirkuit (1987), Metal Baja (1993), serta dua album kompilasi The Best Of SAS dan SAS 20 Golden Hits.
Agak berbeda dengan grup-grup lain, dalam empat album terakhirnya grafik kualitas permainan musik SAS justru tampak semakin meningkat dan matang. Album Metal Baja, misalnya, kendati tampak kalah "pamor" dibandingkan dengan Baby Rock atau Bad Shock, sebenarnya bisa disebut sebagai salah satu puncak karya SAS.
Sayangnya, sejak 1994, aktivitas musik SAS praktis terhenti. Salah satunya karena Sonata memutuskan beralih profesi menjadi seorang penginjil. Menurut pengakuan Arthur, SAS (juga AKA) secara resmi belum bubar. "Apalagi penggemar kami masih banyak," kata ayah artis cantik Tessa Kaunang itu.
Akan tetapi, konon Sonata sudah tidak mau lagi bermain musik rock. Walhasil, ketika pada tahun 1997 AKA membuat album "daur ulang" berjudul Puber Kedua, posisi Sonata digantikan gitaris tamu, Ian Antono.
Hanya saja, sisa-sisa kehebatan Arthur sesekali masih bisa kita saksikan di kafe-kafe seperti ketika ia bersama beberapa musisi muda memainkan Baby Rock, Sansekerta, dan Stairway To Heaven di Bali tahun lalu. "Rock never dies!" teriak dia.
Riza Sihbudi Peneliti LIPI
Download Mp3 SAS, AKA :
SAS Baby Rock
SAS Album Metal Baja
AKA In Rock
AKA Album Puber Kedua
SAS Album Sirkuit
Rock'n Roll ternyata dari Indonesia
Siapa yang menyanyikan lagu ini dan judulnya, karena aku lupa : Syairnya seperti in :
Walaupun aku sedang tertawa, namun dihati sedang duka, senyum hanya terlihat dimuka namun di hati sedang lara....dst.
Kalau ada yang tahu tolong dong, diupload mp3-nya disini. Terima kasih